RASA
Ketika tubuh tak lagi berdiri,
kepada air mata aku sandarkan.
Ketika kata tak lagi berbunyi,
dengan diam aku sampaikan:
"Kapan hidup akan berarti
Jika akal palingkan jiwa
Hanya hati,
membakar nafsu menjadi cinta.
Dalam senyum luka sembunyi,
menghitung duka menghitung nyawa.
Mengubur mimpi,
mengenang engkau yang mati rasa."
(Kairo, 13.14 WK, 29/07/2007)
06 October, 2007 | Posted by Display Name at 10:49:00 AM 4 comments
TOILET
Karya Muhammad Tabrani Basya
Di tempat pembuangan
Kulepaskan sisa makanan dan minuman,
dengan tenang,
sesekali mengerang.
Engkau saksi bisu di mana aku telanjang
Bukan hutang,
sungguh kuberikan dengan ikhlas dan senang.
Aromamu menantang
melebihi kuncup-kuncup kembang,
semerbak wangi dari kedalaman.
Aku malu padamu toilet
Aku malu padamu
meninggalkan kotoran,
menjadi binatang di pinggir-pinggir jalan
04 October, 2007 | Posted by Display Name at 1:38:00 PM 2 comments
Labels: puisi perjalanan
REFORMASI ATAU REVOLUSI?
REFORMASI ATAU REVOLUSI?
Karya Muhammad Tabrani Basya
Indonesia adalah keinginan bersama
Bukan suku, agama, ras dan adat tertentu,
bukan milik pemerintah,
bukan suara satu kelompok,
apalagi partai politik.
Indonesia adalah keinginan bersama
Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Persatuan adalah panggilan,
dan rakyat harus datang sebelum dipanggil.
Kemanusiaan adalah tanggungjawab,
tugas mulia manusia beradab.
Pemimpinnya adalah kearifan dan kebijaksanaan,
yang ucapan dan perbuatan tak bertentangan.
Perjuangan jangan berhenti,
karena siapa yang berhenti akan diseret oleh sejarah,
dan siapa yang menghadang sejarah,
akan dibuang di sampah bernanah berdarah.
Walau hari sudah petang,
masa depan masih panjang.
Pencerahan tak akan datang,
tanpa pendidikan yang layak dan mencerdaskan.
Keadilan tak akan sejati,
tanpa kesadaran yang lahir dari diri sendiri.
Kemakmuran hanyalah khayalan,
sebelum semuanya bangkit melawan kemalasan.
Kebenaran tak akan berarti,
sebelum keluar dari chauvinisme pribadi.
Dan pembangunan tak akan berjalan.
Tanpa gotong royong dan bekerjasama.
Teriaklah sekeras-kerasnya,
hingga ibu pertiwi bangun dari tidur nyenyaknya.
Namun hati-hati...!
Jangan teriak atas nama Hak Asasi Manusia,
tanpa memupuk jiwa nasionalisme.
Jangan teriak demi nasionalisme,
sebelum keluar dari sekat primordialisme.
Jangan bersuara meminta kebebasan,
sedang engkau menabrak kebebasan yang lebih besar.
Walau hari sudah petang,
masa depan masih panjang.
Sekali lagi...!
Jangan ada putus asa,
karena putus asa adalah dosa.
Maju...!
Tangan terpangku segera mengepal
Biar mulut kunci-mengunci peluru
Biar maut kejar-mengejar waktu
Hingga keringat bercucuran
Hingga darah berlumuran
Sebelum nyawa di kerongkongan
Sebelum sejarah mengisahkan kehancuran negeri
Jati diri negeri pantang terbeli
Cita-cita luhur tak kan terhenti
Hanya satu pilihan
Reformasi atau Revolusi!
(Kairo, 29 Mei 2007)
(15.13 WK)
29 September, 2007 | Posted by Display Name at 10:28:00 AM 3 comments
Labels: puisi perjuangan